Masih Sering Telat Shalat Jamaah? Shalat itu Ditunggu, Bukan Menunggu! |
Akan tetapi, jika berbicara mengenai shalat, mengapa masih
banyak orang yang sering menyepelekan waktu shalatnya? Apalagi dengan alasan
masih sibuk, sehingga sangat sering terlambat untuk ikut shalat berjamaah. Jika
memang masih begitu, inilah sebuah kisagh yang mungkin bisa membuat malu jika
sering terlambat shalat jamaah.
Adalah Ali bin Husain bin Harb al-Baghdadi. Seorang
ahli hadits sekaligus ahli fiqih madzhab Syafi’i. Saat pertama kali
menginjakkan kakinya di Mesir, ada pengalaman yang sangat berharga bersama imam
masjid di sekitar tempat tinggalnya kala itu.
Mula-mula, beliau menetap di kediaman Ismail bin Haq yang
bersebelahan dengan Masjid Ibnu Amrus. Tak lama setelah itu, laki-laki
kelahiran 212 Hijriyah dan wafat di Baghdad pada tahun 319 Hijriyah ini pindah
ke kediaman al-Mada’ini. Sebagai seorang ahli hadits, pakar fiqih, dan juga
hakim, Abu Ubaid sangat menjaga shalat fardhu dan sunnah. Dia mendirikan secara
berjamaah di masjid bersama kaum Muslimin.
Setiap kali adzan berkumandang, Abu Ubaid bergegas
mendatanginya. Berniat shalat jamaah, langkahnya tegap dan gagah. Sayangnya, ia
mendapati imam sudah mendirikan shalat. Terlambat beberapa rakaat.
Karena berhari-hari mendapati kejadian ini, Abu Ubaid
berinisiatif mengirimkan surat kepada sang imam besar masjid. Dia meminta agar
sang imam mau menunggu kedatangannya. Agar shalat didirikan saat ia sudah
sampai di masjid.
Tak hanya sekali, surat itu dikirim berkali-kali oleh Abu
Ubaid. Akhirnya, sang imam dengan tegas menjawab dengan menuliskan, “Shalat itu ditunggu, bukan
menunggu (jamaah).”
Mendapati jawaban tersebut, Imam Abu Ubaid tidak
marah. Dia justru merasa diingatkan dan tergerak mencari tahu tentang sosok
imam masjid tersebut. Setelah bertemu, Abu Ubaid memuji sang imam,
mengakrabinya, lalu memintanya untuk menjadi salah satu saksi tetap jika suatu
ketika ada kasus yang harus diselesaikan.
Meski nama imam masjid dalam kisah ini tidak disebutkan dalam
berbagai riwayat, kita meyakininya sebagai sebuah kebenaran. Kalimat yang
beliau sampaikan amat sederhana. Hanya lima kata. Tapi maknanya sungguh dalam
dan cukup menyadarkan hati yang haus dengan kebaikan. Inilah di antara bukti
bahwa keikhlasan akan abadi. Akan banyak kebaikan lain yang lahir karena
keikhlasan seseorang, baik berupa ungkapan maupun perbuatan.
Kalimat sang imam kepada Abu Ubaid ini hendaknya kita ingat
baik-baik. Jika perlu, cetaklah besar-besar dan sertakan ke mana pun kita beranjak.
Agar gemanya terngiang-ngiang hingga merasuk ke dalam kalbu. “Shalat itu ditunggu, bukan
menunggu!”. Rahimahullahu Ta’ala, ya Imam…
Baca juga :
loading...
0 Response to "Masih Sering Telat Shalat Jamaah? Shalat itu Ditunggu, Bukan Menunggu!"
Posting Komentar