Astagfirullah…!!! Untuk Ibu, Jangan Katakan 8 Hal ini pada Anakmu! |
Thabrani
meriwayatkan dari Jabir Bin Samurah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Salah seorang di antara kalian mendidik anaknya, itu lebih baik
baginya dari pada menyedekahkan setengah sha’ setiap hari kepada orang-orang
miskin.” seorang ibu adalah pendidik
pertama dan utama untuk anak-anaknya, oleh karena itu, sebagai ibu kita
perlu mengupgrade diri tiap hari agar bisa mendidik
anak-anak kita sesuai dengan zaman di mana mereka hidup.
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang
berbeda dengan zamanmu,” demikian
pesan Khalifah Kedua Umat Islam, Umar bin Khaththab. Pesan yang sungguh singkat
dan mudah diingat.
Salah satu cara mendidik anak
tentu saja melalui perantara lisan, sayangnya… banyak orangtua khususnya ibu,
yang belum memahami pentingnya menjaga kata-kata di depan anak, karena dapat
berpengaruh besar pada perkembangan diri, psikologis, dan konsep diri anak.
Berikut ini, 8 hal yang sebaiknya
tidak dikatakan kepada anak, terutama usia sampai dengan tujuh tahun:
1. Memberikan Pernyataan Negatif tentang Diri Anak
“Kamu anak yang pelit!”
“Kamu pemalas!”
“Kamu gendut!”
“Kamu nakal!”
Jenis pernyataan semacam itu
dapat menyakiti perasaan anak-anak. Mereka akan menjadi seperti yang
orang tua mereka katakan. Sungguh berbahaya, mengingat kata-kata seorang ibu
bisa berarti doa untuk anak-anaknya.
Sebaliknya, katakanlah hal-hal
positif kepada anak.
Jika anak menerima nilai buruk, jangan mengatakan, “Kamu begitu bodoh!”;
Katakan sesuatu yang lain. Sebagai contoh, katakanlah, “Jika kamu belajar lebih
baik, kamu akan mendapatkan nilai yang lebih baik daripada ini karena kamu
sebetulnya adalah anak pintar.” Bukankah kata-kata seperti ini akan lebih
menenangkan hati anak kita?
2.
Jangan katakan “Jangan Ganggu, Ibu Sibuk!”
Hal ini tampaknya seperti hal
yang normal. Seorang ibu sibuk memasak di rumahnya. Atau ayah sibuk membaca
post menarik di koran. Atau mungkin juga melanjutkan tugas yang dibawa dari
kantor. Lalu ia mengunci diri di kamarnya. Tiba-tiba anak datang dan meminta
dia untuk sebuah bantuan. Dalam situasi yang ketat, orang tua dapat berteriak
pada anak itu, “Jangan ganggu aku! Aku sibuk! ”
Menurut Suzette Haden Elgin PhD.,
penulis yang juga seorang pelatih bela diri verbal dikutip dari parenting.com,
bahwa jika orang tua bertindak seperti itu, anak-anak mungkin merasa tidak
berarti karena jika mereka meminta sesuatu pada orang tua mereka, mereka akan
diposthu untuk pergi.
Bayangkan Jika
sikap seperti itu diterapkan pada anak-anak kita, maka sampai mereka tumbuh
dewasa, kemungkinan besar mereka akan merasa tidak ada gunanya berbicara dengan
orangtua.
Di sisi lain, Suzette menyarankan
bahwa jika memang sedang benar-benar sibuk, cobalah alihkan perhatian anak-anak
untuk melakukan kegiatan lain sebelum kita membantu mereka. Misalnya, jika
mereka meminta bantuan dalam melakukan pekerjaan rumah mereka dan kondisinya
kita sedang benar-benar sibuk, mintalah mereka untuk melakukan aktivitas lain
terlebih dahulu seperti menonton TV. Lalu kemudian, datanglah kepada mereka
untuk membantu, asalkan gangguan tersebut tidak terlalu lama.
3. Jangan katakan “Jangan Menangis!”
Berurusan dengan anak-anak yang
bertengkar dengan teman-teman mereka atau merasa kecewa karena perlakuan
tertentu harus dilakukan secara bijaksana. Tidak perlu untuk memarahi atau
meminta anak-anak anda untuk tidak cengeng. Banyak anak yang mengalami hal
tersebut, orang tua mengatakan pada mereka, “Jangan cengeng!”, “Jangan sedih!”,
“Jangan takut!”
Menurut Debbie Glasser, seorang
psikolog anak, mengatakan kata-kata tersebut akan mengajarkan anak-anak bahwa
perasaan sedih adalah sesuatu hal yang tidak umum, bahwa menangis bukanlah hal
yang baik, sedangkan menangis sendiri merupakan ekspresi dari emosi tertentu
yang setiap manusia miliki.
Oleh karena itu, untuk menangani
masalah ini, akan lebih baik untuk meminta anak-anak menjelaskan apa yang
membuat mereka sedih. Jika mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh
teman-teman mereka, jelaskan pada mereka bahwa perilaku teman-teman mereka
adalah tidak baik.
Dengan memberikan mereka gambaran
perasaan yang mereka rasakan, orang tua telah memberikan mereka pelajaran
empati. Anak-anak yang menangis akan segera menghentikan atau setidaknya
mengurangi tangisan mereka.
4. Jangan Membanding-bandingkan Anak
“Lihatlah kakakmu, dia bisa
melakukannya dengan cepat. Mengapa kamu tidak bisa melakukannya juga?”
“Temanmu bisa menggambar dengan
bagus, kenapa kamu tidak?”
“Dulu ketika kecil ibu bisa
begini begitu, masa kamu tidak bisa?!”
Perbandingan hanya akan
membuat anak anda merasa bingung dan menjadi kurang percaya diri. Anak-anak
bahkan mungkin membenci orang tua mereka karena mereka selalu mendapatkan
perlakuan buruk dari perbandingan tersebut (terhadap kakak, adik, atau
anak-anak lain), sedangkan perkembangan setiap anak berbeda.
Daripada membandingkan
anak-anak, ibu sebaiknya membantu untuk menyelesaikan persoalannya. Misalnya,
ketika anak mengalami masalah mengenakan pakaian mereka sementara saudara
mereka bisa melakukannya lebih cepat, orang tua harus membantu mereka untuk
melakukannya secara benar.
5. Jangan katakan “Tunggu Ayah Pulang ya! Biarkan kamu
dihukum ayah”
Ada kalanya seorang ibu berada di
rumah bersama anak-anak mereka tetapi tanpa ayahnya. Ketika anak-anak melakukan
kesalahan, ibu tidak segera memposthu anak-anak tentang kesalahan yang mereka
buat. Si ibu hanya mengatakan, “Tunggu sampai ayahmu pulang.” Ini berarti
menunggu sampai ayahnya yang akan menghukum nanti.
Menunda mengatakan kesalahan hanya akan
memperburuk keadaan. Ada kemungkinan bahwa ketika seorang ibu menceritakan
kembali kesalahan yang dilakukan anak-anak mereka, ibu malah membesar-besarkan
sehingga anak-anak menerima hukuman yang lebih dari seharusnya.
Ada kemungkinan juga orang tua
menjadi lupa kesalahan anak-anak mereka, sehingga kesalahan yang seharusnya
dikoreksi terabaikan. Oleh karena itu, akan lebih baik untuk tidak menunda
dalam mengoreksi kesalahan yang dilakukan anak-anak sebelum menjadi lupa sama sekali,
dan
6. Jangan Terlalu mudah dan berlebihan memberi pujian
Rupanya, memberikan pujian dengan
mudah juga bukan hal yang baik. Memberikan pujian dengan mudah akan terkesan
“murah”. Oleh karena itu jika seorang anak melakukan sesuatu yang sederhana,
tidak perlu memuji dengan “Luar Biasa! Luar Biasa!” Karena anak secara alamiah
akan mengetahui hal-hal yang dia lakukan dengan biasa-biasa saja atau luar
biasa.
Yang
perlu diperhatikan juga, pujilah sikap anak kita, dan jangan memuji
dirinya atau hasil perbuatannya. Sekiranya ia mendapat hasil bagus di sekolah,
pujilah “Alhamdulillaah, Ibu bangga dengan kerja keras kamu sehingga kamu
mendapat nilai baik!”
Jika kita
memuji hasil yang dilakukan anak dan bukan sikapnya, sangat mungkin anak kita
akan berfokus pada hasil dan tidak peduli dengan sikap/ karakter yang baik,
misalnya… demi mendapat nilai ujian bagus, anak akan rela mencontek atau
bertanya pada teman ketika ujian.
7. Jangan Katakan “Kamu Selalu…” atau “Kamu tidak
pernah…”
Janganlah
melontarkan kalimat dengan "Kamu selalu...." atau "Kamu tidak
pernah...". Memang, kata-kata ini kadang refleks langsung terucap oleh
orangtua, namun hindarilah penggunaan kalimat ini.
"Hati-hati, kedua kata-kata itu ada makna di dalamnya. Di dalam pernyataan "Kamu selalu..." dan "Kamu tidak pernah" adalah label yang bisa melekat selamanya di dalam diri anak," ujar Jenn Berman PhD, seorang psikoterapis.
Berman mengungkapkan, kedua pernyataan yang kerap dilontarkan oleh orang tua ini akan membentuk kepribadian anak. Anak-anak akan menjadi seperti apa yang dikatakan terhadap dirinya. Bila orangtua mengatakan sang anak selalu lupa menelepon ke rumah jika pulang terlambat, maka ia akan menjadi anak yang tidak pernah menelepon ke rumah.
"Sebaliknya, bertanyalah kepada anak tentang apa yang bisa orangtua lakukan untuk membantu dia mengubah kebiasaannya. Misalnya, 'Ibu perhatikan kamu sering lupa membawa pulang buku pelajaran ke rumah. Apa yang bisa Ibu bantu supaya kamu ingat untuk membawa bukumu pulang?'. Pernyataan seperti itu akan membuat anak merasa terbantu dan nyaman," jelas dr Berman.
"Hati-hati, kedua kata-kata itu ada makna di dalamnya. Di dalam pernyataan "Kamu selalu..." dan "Kamu tidak pernah" adalah label yang bisa melekat selamanya di dalam diri anak," ujar Jenn Berman PhD, seorang psikoterapis.
Berman mengungkapkan, kedua pernyataan yang kerap dilontarkan oleh orang tua ini akan membentuk kepribadian anak. Anak-anak akan menjadi seperti apa yang dikatakan terhadap dirinya. Bila orangtua mengatakan sang anak selalu lupa menelepon ke rumah jika pulang terlambat, maka ia akan menjadi anak yang tidak pernah menelepon ke rumah.
"Sebaliknya, bertanyalah kepada anak tentang apa yang bisa orangtua lakukan untuk membantu dia mengubah kebiasaannya. Misalnya, 'Ibu perhatikan kamu sering lupa membawa pulang buku pelajaran ke rumah. Apa yang bisa Ibu bantu supaya kamu ingat untuk membawa bukumu pulang?'. Pernyataan seperti itu akan membuat anak merasa terbantu dan nyaman," jelas dr Berman.
8. Jangan katakan “Bukan begitu caranya, sini biar ibu
saja!”
Pernyataan lainnya yang harus kita hindari adalah "Bukan begitu caranya. Sini, biar Ibu saja." Biasanya orangtua mengeluarkan pernyataan ini jika mereka meminta anak membantu sebuah pekerjaan, namun anak tidak melakukannya seperti yang dikehendaki. Dr Berman mengatakan, orang tua harus menghindari pernyataan ini.
"Ini sebuah kesalahan, karena ia (anak) menjadi tidak belajar bagaimana caranya. Daripada berkata demikian, lebih baik ibu melakukan langkah kolaboratif dengan mengajak anak melakukan pekerjaan itu bersama sambil ibu menjelaskan bagaimana cara melakukannya," saran dr Berman.
Pernyataan lainnya yang harus kita hindari adalah "Bukan begitu caranya. Sini, biar Ibu saja." Biasanya orangtua mengeluarkan pernyataan ini jika mereka meminta anak membantu sebuah pekerjaan, namun anak tidak melakukannya seperti yang dikehendaki. Dr Berman mengatakan, orang tua harus menghindari pernyataan ini.
"Ini sebuah kesalahan, karena ia (anak) menjadi tidak belajar bagaimana caranya. Daripada berkata demikian, lebih baik ibu melakukan langkah kolaboratif dengan mengajak anak melakukan pekerjaan itu bersama sambil ibu menjelaskan bagaimana cara melakukannya," saran dr Berman.
Baca Juga:
loading...
0 Response to "Astagfirullah…!!! Untuk Ibu, Jangan Katakan 8 Hal ini pada Anakmu!"
Posting Komentar