Cara 'Mensyukuri' Hari Ulang Tahun Secara Islami |
Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu
jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan,
baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka
kita bagi dalam dua kemungkinan, yang dikutip dari muslim.or.id berikut ini.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut
dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa
syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau
bacaan dzikir-dzikir tertentu.
Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun
mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih
dosa-dosa yang telah lalu.
Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan
masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa),
adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk
ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan
pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita
Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal
dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual
ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa,
karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan
di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan
(minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas
berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau
sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari
no. 7049)
Kemungkinan kedua, perayaan ulang
tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi,
kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu
diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied,
misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam
Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing.
Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda,
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah
Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah
dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat.
Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3
macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang
pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
من تشبه بقوم فهو منهم
“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari
kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]
Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah
ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini
tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya
sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena
seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala
menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila
melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di
atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az
Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.
Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum
musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang
muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah,
sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya.
Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup
dalam ayat,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
–rahimahullah– menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah
baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya.
Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.
Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk
amalannya.
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar
dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan :
“Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya”
atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang
kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai
dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan
membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari
terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id].
Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah:
tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam
menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan,
kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap
tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha
Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada.
Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan
apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian
setiap muslim, bukan renungan tahunan. Wallahu’alam.
Namun bila sekedar rasa syukurnya karena telah bisa melewati
hari-hari yang diberikan oleh Allah berupa kesehatan, rezeki dan banyak lagi
yang lainnya, dikutip dari mutiarapublic.com, berikut doa yang
patutnya kita panjatkan pada saat hari ulang tahun kita.
Ya
Allah… Ya Rahman,
Engkau
ciptakan aku dari tiada, menjadi ada
Kemudian
Engkau kembalikan diriku kepada-Mu
Sungguh
kehidupanku bejalan dan berputar, sesuai dengan kehendak-Mu Ya Rabb…
Ya Allah… Ya Rahman,
Tiba
juga diriku pada usia sekarang ini
Di
mana pada hari ini, aku harus menjadi lebih bijaksana
Di
mana pada hari ini, aku harus bisa menjadi teladan bagi orang lain
Di
mana pada hari ini, aku harus menjadi lebih dekat dengan-Mu Ya Rabb…
Ya Allah… Ya Rahman,
Panjangkanlah
usiaku, supaya hidupku bisa lebih bermanfaat bagi orang lain
Panjangkanlah
usiaku, supaya aku lebih bisa memandang hidup ini, dengan penuh makna dalam
kebesaran-Mu
Panjangkanlah
usiaku, supaya aku bisa membimbing keluargaku, untuk lebih bisa berbakti
kepada-Mu
Panjangkanlah
usiaku, supaya aku lebih bisa bersyukur atas segala rizqi serta nikmat yang
Engkau anugerahkan kepadaku Ya Rabb…
Ya Allah… Ya Rahman,
Bertambahnya
usia ini dalam hitunganku, maka berkurang pula usia ini dalam hitungan-Mu
Oleh
karena itu, Jadikanlah diriku sebagai hamba-Mu yang selalu khusyu’ serta
tawadhu’, dalam menerima setiap hikmah dan berkah-Mu
Ya Allah… Ya Rahman,
Aku
sangat percaya bahwa Engkau akan selalu memberikan yang terbaik buatku, buat
orang tuaku, keluargaku, serta seluruh sahabat sejatiku, yang kini selalu
peduli terhadapku
Hanya
pada-Mu lah aku senantiasa mengabdi dan memohon pertolongan.
Ya Allah… Engkau Maha Pengasih, Kabulkanlah doaku ini, Amin.!
Oleh: Muryadi
Mahasiswa, Universitas Islam Malang
Baca juga :
loading...
0 Response to "Cara 'Mensyukuri' Hari Ulang Tahun Secara Islami"
Posting Komentar